ni menceritakan siswi SMA yang melakukan Pengalaman Sex Ku yang berbeda dari yang lainnya, sebagai penutup tahun 2024 CeritaNakal akan memberikan cerita untuk kalian para pembaca, yu
Namaku Erika atau biasa dipanggil Rika. Umurku 17 tahun dan masih sekolah di sebuah SMA swasta di Jakarta. Bukannya narsis, tapi banyak yang bilang wajahku cantik sehingga tak heran jika banyak cowok yang mengejarku. Selain wajahku yang lucu aku juga memiliki kulit yang putih mulus.
Tapi yang lebih kubanggakan adalah buah dadaku yang berukuran 34B yang untuk ukuran anak sepantaranku, sudah terbilang ukurannya cukup besar dengan puting berwarna merah kecoklatan, karena sering kupelintir-pelintir. Cerita ini bermula ketika aku ketahuan sedang merokok di WC sekolah.
Ya…aku memang perokok aktif. Sehari bisa habis sebungkus. Kalau sudah ingin ngerokok aku sering curi-curi di WC sekolah. Seperti siang itu, setelah pulang sekolah aku langsung ke toilet wanita dan mengeluarkan rokok dari tasku.
Sambil menunggu sopirku yang memang sering datang telat, aku mulai menyalakan sebatang rokok. Suasana sekolah sudah sepi karena siswa dan guru-guru sudah pada pulang, makanya aku berani. Lagi asik-asiknya merokok aku dikagetkan oleh dua orang yang membuka pintu kamar mandi.
Ternyata mereka adalah penjaga sekolah, Pak Toni dan Karso. Aku pun ketangkap basah dan tak bisa mengelak. Mereka menuduhku melakukan pelanggaran berat di area sekolah dan harus dilaporkan.
Tentu saja aku tidak menginginkan hal itu terjadi. Bisa dibayangkan jika kejadian ini ketahuan kepala sekolah maka aku pasti dikeluarkan dari sekolah ini.
Aku tidak mau sampai dikeluarkan sehingga terjadi perdebatan dan negosiasi antara kami. Aku menawarkan sejumlah uang kepada kedua penjaga seklah itu. Kemudian Karso berbisik sesuatu pada Pak Toni, entah apa yang dibisikkan lalu keduanya mulai cengengesan melihat ke arahku.
Pak Toni lalu berkata,
“Gini aja deh, bagaimana kalau kita pakai sebentar body Non buat biaya tutup mulut?”
“Huh, dasar…cowok dimana-mana sama aja, selangkangan melulu isi kepalanya!” omelku dalam hati
Sorot mata mereka membuatku nervous dan jantungku berdetak lebih cepat, kakiku lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku menyandarkan punggungku ke tembok. Setelah kupikir-pikir, akhirnya aku mengiyakan juga, daripada aku dikeluarin dari sekolah ini mending kurelakan tubuhku untuk kedua penjaga sekolah ini.
Lagian aku sudah engga perawan lagi dan termasuk gadis yang doyan ngesex. Tapi bercinta dengan kedua orang ini membuatku agak sedikit takut. Bagaimana tidak, Pak Toni berumur 40 tahun dengan tubuh gembul berambut cepak sudah agak beruban dan wajah mirip tukang pukul, sedangkan Karso baru berumur 25 tahun, tubuhnya kurus dekil, dengan jenggot kambing yang jarang di dagunya.
Selain itu dari segi fisik, keduanya jauh dari ganteng. Tapi tak ada pilihan lain bagiku selain melayani nafsu mereka. Akhirnya aku menganggukan kepala yang disambut dengan tawa dari mereka.
“Hehehe…cantik, sexy… wah hoki banget kita Pak Toni!” kata Karso “Iya Kar, anak SMA pula.ha..ha…”sambut Pak Toni tertawa penuh kemenangan
Kedua penjaga sekolah itu lalu mendekatiku. Pak Toni langsung melumat bibirku sebelum aku sempat protes dan berkelit, sedangkan si Karso meraba-raba dadaku yang kiri dari luar.
Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, Pak Toni makin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya ikut meremas-remas payudaraku yang kanan.
Aku hanya berdiam diri saja tak memberikan reaksi. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku hingga secara tak sengaja lidahkupun meronta-ronta.
Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk membawa diri mengikuti arus permainan.
Dengan kuluman lidah Pak Toni yang agresif, ditambah remasan-remasan telapak tangan mereka pada payudaraku, birahiku pun dengan cepat naik. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai dengan permaian seperti ini hingga dengan mudahnya Pak Toni mulai membangkitkan nafsuku.
Bahkan kini aku mulai memberanikan diri menggerakkan tangan memeluk kepala Pak Toni. Sementara di bawah sana kurasakan sebuah tangan kasar meraba pahaku. Aku membuka mata dan melihatnya, di sana Karso mulai menyingkap rok SMA ku dan merabai pahaku yang putih mulus.
“Mulus banget pahanya Non…bikin gemes aja..nih…he..he..”
sahut Karso sambil tangannya makin merayap naik hingga selangkanganku.
Pak Toni lalu melepaskan ciumannya dan berkata :
“Gua juga jadi penasaran ini dengan teteknya. Semulus pahanya ga? Hahaha…”
Pak Toni lalu beralih dadaku. Seragam SMAku yang agak ketat
disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang masih terbungkus BH hitam, itupun juga langsung diturunkan hingga dadaku terekspos di hadapan mereka.
“Wow teteknya montok sekali, putih pula” komentarnya sambil meremas payudara kananku yang pas di tangannya.
Seperti yang aku katakan, untuk ukuran anak SMA seusiaku, ukuran dadaku cukup besar dengan puting berwarna merah kecoklatan. Karso juga langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan gemas dia melumat yang kiri. Mereka kini semakin liar menggerayangiku.
Putingku makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Toni sambil mencupangi leher jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Karso yang memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia menyedot kuat-kuat dan kadang disertai gigitan sehingga aku sering merintih kalau gigitannya keras.
Namun perpaduan antara kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yang berbeda. Melihat aku semakin pasrah, mereka semakin menjadi-jadi. Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga dapat kurasakan angin membelai kulit pahaku, celana dalamku pun tersingkap dengan jelas.
Karso menyusupkan tangannya ke balik celana dalamku dan mulai mengobok-obok di dalam sana. Tangan Pak Toni yang lainnya merayap turun mengelusi belakang pahaku hingga mencengkram pantatku. Nafasku makin memburu, aku hanya memejamkan mata dan mengeluarkan desahan-desahan menggoda.
Vaginaku terasa semakin becek karena gesekan-gesekan dari jari Karso, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika dua jarinya menemukan lalu mencubit pelan daging kecil yang tak lain adalah klitorisku.
“Ohhhhh……Bang…….auw!!” desahku.
Tubuhku serasa lemas tak berdaya, pasrah membiarkan mereka menjarah tubuhku. Reaksiku ini membuat mereka semakin bersemangat. Karso meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya yang entah kapan dia keluarkan. Ukurannya lumayan jadi juga, walaupun perawakannya kurus dan dekil, penisnya yang sudah tegang cukup besar sehingga membuatku terhenyak.
“Waw…keras juga, gede lagi” kataku dalam hati saat menggenggam penisnya yang memang panjang itu.
Aku mulai mengocoknya perlahan sesuai yang diperintahkannya, terasa benar benda itu makin membengkak saja dalam genggamanku. Tak lama kemudian, Karso menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari- jarinya basah oleh cairan kewanitaanku yang langsung dijilatinya seperti menjilat madu.
Kemudian aku disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga tubuhku.
“Asyik nih, siang-siang kita bisa ngentot cewek cantik” celoteh Karso sambil meremasi pantatku yang membulat indah itu.
“Iya…dari dulu saya sudah naksir berat sama si Non Erika ini, soalnya udah kece, suka pake baju seksi pula.
Ga nyangka akhirnya ada kesempatan kaya gini…hehe” ucap pak Toni.
Dia langsung membuka baju dan celananya hingga telanjang. Masih sambil dengan berpegangan di tembok, kugerakkan mataku memperhatikan burungnya yang baru dikeluarkan dari sangkarnya.
Wow…aku tidak bisa mengontrol hingga mataku tak berkedip, soalnya ukurannya bisa dibilang menakjubkan, panjang sih tidak beda jauh dari Karso tapi yang ini lebih berurat dan lebar, dengan ujungnya yang disunat hingga menyerupai cendawan. Jantungku jadi tambah berdegup membayangkan akan ditusuk olehnya.
Sumpah deh…penisnya ini mengalahkan semua teman-teman kencanku. Jauh lebih menggairahkan dibanding milik teman-teman SMA-ku yang pernah ML denganku. Bahkan mengalahkan penis Tarno pembantuku sendiri. (sebagai informasi aku pernah ML dengan pembantuku yang bernama Tarno di rumah. Di lain kesempatan, akan kuceritakan pengalamanku itu).
Aku berhenti menatap takjub saat Karso mulai menurunkan celana dalamku. Disuruhnya aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam. Akhirnya pantatku yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku masih menggantung di kaki kanan.
Posisiku yang sedikit menungging mengakibatkan vaginaku terpampang jelas di hadapan mereka.
Mata mereka seperti mau copot melihat kewanitaanku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi dari balik rok abu-abuku yang terangkat hingga pinggang. Karso mendekap tubuhku dari belakang dalam posisi berdiri. Dengan lembut dia membelai permukaan vaginaku yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu.
Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu meremas-remas dadaku.
“Sshh.. Abang” desahku dengan agak gemetar ketika jarinya menekan bagian tengah kemaluanku.
“Tenang Non…saya gak bakal kasar kok, dijamin enak ngentot sama si ganteng Karso!” kata Karso memuji diri tanpa tahu kondisi dirinya, ia juga terus merayu sambil mengelusi bagian pangkal pahaku dengan jarinya. Aksi Karso berhenti ketika Pak Toni meletakkan sebuah kursi panjang di tengah toilet. Kursi panjang itu biasa digunakan untuk duduk jika sedang ngantri mau ke toliet.
Pak Toni lalu memberi isyarat agar Karso menelentangkan tubuhku di atas kursi itu.
Sekarang aku terbaring telentang di atas kursi itu dengan Karso berada di antara kedua pahaku. Dia membentangkan pahaku lebar-lebar membuatku malu dan menutupkan tanganku di vaginaku. Dengan gemas dia membentangkan tanganku lagi.
Pak Toni lalu mendekat dan berkata :
“Non Erika, dari dulu saya pengen suatu saat nanti agar kontol saya bisa ngerasian bibir Non. Eh, akhirnya kesampaian juga. He.he..” katanya sambil tertawa, “sekarang ayo buka mulutnya Non!” perintah Pak Toni.
Hal itu membuatku takut. Akupun pelan-pelan meraih benda itu, ya ampun tanganku yang mungil tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya.
“Ayo non, emutin kontol Pak Toni tuh, pasti yahud rasanya kalo diemut sama Non!” kata Karso menimpali.
aku tak punya pilhan lain. Kubimbing penis dalam genggamanku ke mulutku yang mungil dan merah, uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Sekilas tercium bau keringat dari penisnya sehingga aku harus menahan nafas juga terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku.
Badanku lemas, dan kulepaskan mulutku dari penis Pak Toni. Pak Toni nampaknya mengerti dengan kondisiku sehingga dia tidak memaksaku mengoral penisnya lagi.
“Emang enak ya cairan cewek SMA” sahut Karso kepada Pak Toni. “Tunggu sampai lu rasain sepongannya deh Kar…pokoknya mantep deh! Non Rika udah pengalaman yah?” kata Pak Toni.
“Benar tuh Pak…anak-anak SMA sekarang kan doyan ngentot. Hehehehe…” Aku hanya mengatur nafasku sambil memejamkan mata mendengar olok- olok mereka. Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu, aku mulai merasakan ada jari yang merenggangkan vaginaku, kemudian disusul dengan sebuah benda keras yang menyeruak masuk.
Benda itu adalah penis Karso, ia sepertinya buru-buru sekali ingin menikmati vaginaku. Aku membelalakkan mata menahan nyeri ketika penisnya menerobos vaginaku. Penis besar itu kesulitan menjebol vaginaku yang masih sempit itu.
Kepala penisnya yang besar itu menggesek klitoris di liang senggamaku hingga aku merintih antara sakit dan nikmat.
Penisnya menggesek dinding-dinding vaginaku, semakin cepat dan semakin dalam, saking keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan hingga masuk semua. Ini membuatku merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti sebentar, namun Karso yang sudah kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia menggerakkan pinggulnya lebih cepat.
Aku dibuatnya serasa terbang, rasa perih dan nikmat bercampur baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami.
Pak Toni tidak menyia-nyiakan mulutku yang mengap-mengap dan terbuka lebar. Ia berlutut di hadapanku dan dijejalinya penisnya ke mulutku sehingga teriakanku tersumbat.
Karso makin brutal menyodok-nyodok vaginaku. Sambil menyodok, kepalanya merayap ke payudaraku dan tangannya sesekali menampar bongkahan pantatku karena gemas. Aku menggelinjang tak karuan waktu puting kananku digigitnya dengan bernafsu, kocokan dan kulumanku pada penis Pak Toni pun makin bersemangat.
Rupanya teknik oral seksku telah membuat Pak Toni ketagihan, dia jadi begitu bernafsu memperkosa mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya seolah sedang bersetubuh. Kepalaku pun dipeganginya dengan erat seolah tidak rela melepaskannya. Bahkan sesekali dia menjambak rambutku ketika aku menggigit pelan batangnya.
Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya. “Uaahh.. uueennakk banget, Non Rika udah pengalaman yah?” ceracau Pak Toni menikmati seponganku, sementara tangannya yang bercokol di payudaraku sedang asyik memelintir dan memencet putingku.
Di bawah sana, kurasakan Karso mulai menjilati pahaku yang putih mulus, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Aku hanya dapat bergetar saat kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pangkal pahaku lalu menyentuh bibir vaginaku.
Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya wuiihh..gak karuan, geli-geli enak seperti mau pipis. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya libidoku. Aku makin bersemangat mengoral penis Pak Toni saking nikmatnya yg kurasakan.
“Wah, makin gatel nih Non Rika. Awas…kontol saya jangan sampai digigit ya. ohhhh… ohh….” kata Pak Toni.
Sambil mengoral penis Pak Toni aku menjambak rambut si Kiryo yang sedang menyeruput vaginaku. Aku benar-benar sudah terbuai dalam kenikmatan birahi. Sebentar lagi aku akan mencapai puncak kenikmatan. Tidak sampai lima menit, tubuhku mengejang, rasa nikmat itu menjalar dari vagina ke seluruh tubuhku. Sensasi itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah Karso melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku.
Ia terus berusaha menekankan miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah. Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku.
Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam milikku. Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku.
Aku tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik.
“ahh……………………..abang………….stop………ahhhhhhh…….sakittttttt…pelanin dikithh!!” aku melolong panjang menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku yang masih sempit, sampai mataku berair.
Perasaan perih bercampur nikmat tersebut membuat badanku mengejang beberapa detik.
“Oohh.. Non Rika sayang…peret banget.. memekmu.. enaknya!” ceracaunya di tengah aktivitasnya.
Karso menyetubuhiku dalam posisi doggie di atas lantai toilet, alat kelamin kami yang bertumbukan menimbulkan bunyi plok-plok-plok. Aku sungguh larut dalam kenikmatan ini dan tak bisa menahan desahanku.
Penisnya Pak Toni yang besar itu menyesaki mulutku yang mungil itu pun ada sisanya karena tidak tertampung semua. Hal itu membuat aku susah bernafas.
Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh mereka, sodokan dari salah satunya menyebabkan penis yang lain makin menghujam ke tubuhku.
Aku mencoba mengikuti ritme genjotan mereka hingga pelan-pelan akupun mulai terbiasa, serasa terbang melayang-layang aku dibuatnya hingga akhirnya tubuhku menggelinjang. Aku mau menjerit tapi mulutku tersumbat oleh penis Pak Toni.
Bersamaan dengan itu pula genjotan Karso terasa makin bertenaga. “Non…saya keluar nih!” erangnya panjang sambil meringis.
Hal yang sama pula dirasakan olehku, aku tidak sanggup lagi menahan gelombang orgasme yang menerpaku demikian dahsyat.
Kami bertiga mencapai orgasme bersamaan, aku dapat merasakan spermanya yang menyembur deras di dalam vaginaku, dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan kami. Dan yang terakhir cairan sperma Pak Toni yang memenuhi mulut kecil ku sehingga penuh sekali dengan hangatnya sperma Pak Toni yang keluar deras.
Leave a Reply